Tantangan
Integrasi Bangsa di Era Global?
Dewasa ini masalah integrasi bangsa menjadi
urgensi tersendiri diberbagai hierarkhis masyarakat. Dimana integrasi bangsa
dalam hal ini Indonesia erat kaitannya dengan identitas nasional bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia ialah bangsa multikultural yang terdiri dari
berbagai kelompok sosial budaya yang sangat hiterogen. Dalam dinamikanya
masalah aktualisasi Pancasila selalu mengalami perubahan dalam kehidupan
praksis masyarakat, dimana Pancasila secara umum mampu ditranformasikan dalam
berbagai ranah waktu dan kehidupan, namun hal ini menjadi permasalahan besar
ketika Pancasila yang bersifat non-rigid
dalam menanggapi masalah global itu disalahgunakan berbagai pihak dalam kepentingan, sehingga menimbulkan suatu wacana
dan anggapan banyak orang yang kerapa mempertanyakan relevansi,
kontekstualisasinya, hingga pada konsistensi Pancasila itu sendiri. Ini menjadi
suatu tantangan besar di era global ini, dimana globalisasi sering diartikan
dengan dunia tanpa batasan lagi. Dalam hal ini erat kaitanya bahwa globalisasi
pula mempengaruhi bangsa Indonesia, yang mana globalisasi memberikan berbagai
dampak dalam kehidupan bangsa Indonesia. Urgensi utama dalam hal ini manakala
globalisasi sering diartikan sebagai “dunia
tanpa batasan” ini masuk dan me-dekontruksi
nilai-nilai pancasila. Nilai yang merupakan aktualisasi yang bersifat adiluhung dari kepribadian bangsa
Indonesia yang secara eksplisit harus kita uri-uri
dan kita jaga dalam perwujudan kehidupan berbangsa dan bernegara. Manakala
nilai-nilai tersebut telah tergerus, globalisasi yang harusnya mampu kita serap
nilai-nilai positifnya justru akan menjadi boomerang bagi integritas bangsa
Indonesia. Distorsi nilai-nilai
pancasila yang dikemas sedemikian rupa pada era globalisasi, yang diiringi pula
dengan penguatan argumen yang seolah-olah rasional dan objektif merupakan salah
satu bentuk perusakan jati diri bangsa Indonesia. Padahal dengan tegas Pacasila
merupakan bentuk anestesi dari bentuk
kapitalisme barat di era global ini. Jika semua ini terus berlangsung bisa jadi
“generasi Indonesia Emas 2045” yang
di gembor-gemborkan dalam berbagai wacana dan pembicaraan menjadi titik balik
yang menyerang Integritas bangsa Indonesia. Realitas pemuda zaman dewasa ini
sangatlah beragam, namun yang menjadi sorotan utama kita ialah gaya hidup
pemuda di era ini ialah mulai terjerembaknya para pemuda dalam jurang hedonisme
yang menekankan pada kesenangan dunia. Serangan 3 F (Fun, Food, Fashion) yang diusung paham hidonisme telah melunturkan
nilai-nilai adiluhung Pancasila. Terjangkit
dan terjebak pemuda dalam sindrom hedonis ini, benar-benar menyebabkan
implikasi besar yang menyeret pemuda dalam kerangka berpikir yang dangkal yang
akan menyebabkan berkurangnya produktifitas pemuda dalam pembangunan bangsa.
Sehingga tidak salah di era global ini masalah integrasi bangsa menjadi sorotan
utama. Telah disebutkan dimuka integrasi bangsa erat kaitanya dengan identitas
dan persatuan bangsa. Dimana Identitas Bangsa ialah hal pembeda dan ciri khas
yang berbeda dalam kancah dunia Internasional. Eksistensi dari identitas bangsa
ini sangatlah penting disaat tatanan masyarakat Indonesia mulai mengalami
perubahan dimana sikap apatisme terhadap jati diri bangsa mulai pudar seiring
masuknya era global yang begitu dahsyat. Dimana terjadi banyak kerusakan moral
sosial masyarakat yang tidak mencerminkan jati diri bangsa. Bangsa yang dulu
disegani kini dipandang sebelah mata. Dimana bangsa Indonesia tidak saja
mengalami krisis identitas melainkan pula mengalami krisis dalam dimensi
kehidupan. Dari berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia perlu
adanya keoptimisan yang harus dipikul bersama terutam oleh pemuda sebagai
generasi dan kader penerus bangsa.
Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Guna
Mewujudkan Integrasi Bangsa secara “De
Facto” dan Menetaskan Generasi Indonesia Emas 2045
Reaktualisasi
nilai-nilai Pancasila merupakan salah satu bentuk usaha yang sejatinya ialah
mengaktualisasikan kembali nilai-nilai pancasila dalam kehidupan praksis. Oleh
sebab itu penting kaitannya dalam mengaktualisasikan kembali nilai-nilai
pancasila, bahwa pancasila perlu di “dekonstruksi”
atau kita baca ulang nilai-nilai pancasila yang telah tergerus oleh
kesalahpahaman penafsiran, sehingga kita mampu memahami nilai-nilai pancasila
secara utuh, lebih dalam dari itu kita akan mampu me-reaktualisasi nilai-nilai pancasila dalam bentuk penyikapan dan
pelaksanaan nilai-nilai pancasila secara baik dan benar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sehingga realisasi dari reaktualisasi nilai-nilai pancasila benar-benar menjadi sebuah
pengakuan secara “de facto” atau pada
kenyataannya, bukan sekedar wacana tekstual belaka. Ketika reaktaulisasi nilai-nilai pacasila menjadi
sebuah pengakuan secara “de facto”,
maka tidak dapat dipungkiri akan terwujudnya integrasi bangsa secara utuh dan
kokoh bukan sekedar isapan jempol belaka. Reaktualisasi
nilai-nilai pancasila merupakan sebuah jalan keluar dari berbagai bentuk
tantangan mengenai disintegrasi dan chaos yang tengah melanda bangsa ini. Keoptimisan
lebih lanjut pun akan tercipta yaitu terwujudnya wacana yang sekarang ini
tengah ramai diperbincangkan yaitu terwujudnya generasi Indonesia emas 2045
yang mana hal ini bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka. Dalam
pidatonya Presiden Soekarno pernah mengobarkan semangat juang dari para pemuda
Indonesia. “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”, jelas
sekali betapa besar harapan Soekarno pada pemuda Indonesia. Harapan besar itu
begitu jelas, hal ini harus pula disertai keoptimisan terhadap generasi muda, karena
generasi muda memiliki kecenderungan bersifat antusias dan progresifitas dengan
idealismenya yang diharapkan menjadi potensi dalam pembangunan bangsa. Lebih
dalam dari itu kita perlu mempersiapkan usaha preventif manakala hal itu tidak dibarengi dengan aktualisasi
nilai-nilai pancasila justru semua itu akan menjadi boomerang bagi bangsa
Indonesia itu sendiri. Hal ini semakin dipertegas dengan fakta dan fenomena
yang terjadi dalam masyarakat bawasannya pemuda saat ini cenderung cenderung
berorientasi pada gaya hidup hidonis yang mementingkan kenikmatan dunia semata.
Namun ini bukan sebuah kepesimisan, namun ini merupakan sebuah stimulan bahwa
reaktualisasi nilai-nilai pancasila
menjadi sebuah urgensi yang harus segera digalakan dan dilaksanakan. Dengan
adanya reaktualisasi nilai-nilai
pancasila diharapkan pemuda mampu lepas dari jerembak hindonis menuju jati diri
aduluhung pancasila yang meletakan
keberagaman sebagai tiang ataupun pilar bangsa
diatas semboyan bhinneka tunggal ika yang termaktub dalam lambang dan
ideologi bangsa Indonesia yaitu pancasila. Menjadi sebuah simpulan singkat
bahwa reaktualisasi nilai-nilai
pancasila bersifat urgen dan harus segera digalakan dan dilaksanakan menyusul
banyaknya tantangan mengenai disintegrasi
dan chaos bangsa yang melenceng
terhadap nilai-nilai luhur pancasila.
Selengkapnya unduh disini!
0 komentar:
Posting Komentar