Jumat, 01 Januari 2016

Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang menjadi negara maju. Sebut saja Salah satunya, Indonesia mempunyai penduduk terbanyak ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat, yakni 240 juta jiwa. Selain itu, potensi Indonesia lainnya ialah sumber daya alam yang melimpah seperti barang tambang, perikanan, pertanian, kehuatanan, dsb. Beberapa tahun terakhir, perekonomian Indonesia menunjukan kinerja yang baik dengan rata-rata pertumbuhan lebih dari 6% per tahun, pendapatan per kapita meningkat, kekuatan ekonomi Indonesia berada pada peringkat 16 besar dunia bahkan prediksi tahun 2030 menjadi 7 besar dunia, Indonesia masuk dalam kelompok G-20, yaitu kelompok 20 negara dengan perekonomian terkuat (Traitmojo, Bambang, 2013: 4).

Namun, dalam kacamata faktual menyebutkan bahwa berkaitan dengan ekonomi bangsa Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai masalah. Sebut saja, globalisasi ekonomi telah membawa kinerja ekonomi yang bagus, tap nampaknya hal ini hanya dinikmati oleh para pemilik modal, orang-orang kaya, dan bahkan bangsa asing. Contoh, data Biro Pusat Statistik (BPS) pada bulan September 2012 menunjukan jumlah penduduk miskin, yaitu seseorang yang pengeluarannya kurang dari Rp. 259.520,- per bulan adalah 28,59 juta jiwa.[1] Bahkan ditingkat dunia, Indonesia merupakan pengutang atau debitor nomor 6, peringkat human resources 112 dari 127 negara, dan pengangguran terbuka mencapai 12 juta.[2]

Selain itu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Pada Januari 2014  terjadi  inflasi  sebesar  1,07 persen  dengan   Indeks  Harga  Konsumen  (IHK) sebesar 110,99. Sedangkan, paada November 2013  terjadi  inflasi  sebesar  0,12 persen  dengan   Indeks  Harga  Konsumen  (IHK) sebesar 146,04.[3] Lebih lanjut, tingkat ekspor dan impor di Indonesia belum terjadi balance dimana Nilai ekspor Indonesia Maret 2014 mencapai US$15,21 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 3,95 persen dibanding ekspor Februari 2014. Disisi lain, walaupun ini terjadi peningkatan dibidang ekspor, namun jika kita telisik lebih dalam nilai impor bangsa Indonesia juga mengalami peningkatan nilai impor Indonesia Maret 2014 mencapai US$14,54 miliar atau naik 5,42 persen dibanding Februari 2014. Hal ini menunjukan bahwa dalam hal ekspor-impor belum mampu mengalami keseimbangan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat konsumerisme dari warga negara Indonesia masih sangat tinggi.

Lebih lanjut, hutang pemerintah dari tahun ketahun terus meningkat. Pemerintah dimasa reformasi juga tidak terlepas dari menambah hutang. Tahun 2007 total hutang adalah Rp 1.389 triliun dan tahn 2013 meningkat menjadi Rp 2.023 triliun Republika, 2013).[4] Perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun cenderungmengalami peningkatan. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai konsekuensi bagibangsa Indonesia, baik dalam periode jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri harus diakui telah memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pembiayaan pembangunan ekonomi nasional. Sehingga dengan terlaksananya pembangunan ekonomi tersebut, tingkat pendapatanper kapita masyarakat bertumbuh selama tiga dasawarsa sebelum terjadinya krisis ekonomi. Semakin bertambahnya utang luar negeri pemerintah, berarti juga semakinmemberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya.[5]

Berangkat dari berbagai fakta dan pernyataan di atas, menunjukan bahwa diperlukan pembangunan sumber daya manusia secara menyeluruh. Sehingga diperlukan pemahaman awal mengenai pembangunan ekonomi. Pemahaman tersebut diawali dengan pengertian globalisasi ekonomi, problematika yang disebabkannya, dan berbagai solusi guna memintasi problematika tersebut. Oleh sebab itu, dalam upaya memahami lebih dalam mengenai pembahasan diatas maka penulis mencoba mengkaji dan mengambil judul artikel: “Peran UKM dan Konsep Ekonomi Kerakyatan sebagai Upaya Memintasi Problematika Ekonomi Indonesia ditengah Arus Globalisasi”. 
Selengkapnya Download Disini!

0 komentar: